Ini adalah
sebuah cerita. Cerita ala kadarnya.
Cerita tentang kehidupan. Kehidupan yang mungkin orang lain tak mau memilihnya.
Kisah ini bermula
pada hari ini.
Pagi
ini aku bangun dengan perasaan yang sama dengan hari-hari lainnya,tak ada yang
berbeda. Pukul 06.30 WIB aku pergi sekolah. Sampai di sekolah,aku baru ingat
ada ulangan biologi. Ulangan biologi dilaksanakan pada jam ke 5-6. Aku pun
membaca buku biologi yang untungnya ku bawa.
Pada
saat ulangan,ada beberapa yang tak ku bisa,akhirnya aku membuka Hpku dan mencari
jawaban soal itu di google. Akhirnya ku temukan,ku salin jawaban itu. Setelah
selesai mengerjakan,aku pamit istirahat. Istirahat ku habiskan di kantin untuk
mengisi perut yang lapar.
Tak
terasa bel masuk berbunyi. Jam ini pelajaran pkn. Guru pkn-ku masuk kelas dan
berbicara panjang lebar tak henti-hentinya menjelaskan tentang globalisasi.
Akhirnya guru pkn-ku memberikan tugas kepada siswa untuk membuat tugas tentang
globalisasi.
“anak-anak,saya
ingin memberikan tugas tentang globalisasi. Kalian boleh membuat tugas itu
dalam bentuk apapun. Bebas,terserah kalian,mau cerpen,novel,poster,maupun
komik.”
“iya
buk!” jawab kami dengan serentak.
“tapi
kalian harus mengumpulkannya sbelum ujian praktek ya.” Tambah guru itu.
“iya
buk!”
“baik,hari
ini sekian dulu anak-anak.”
“terima
kasih buk!”
Saat
guru keluar,aku bergegas ke kursi guru,membuka laptop temanku dan melanjutkan
permainan yang tadi terhenti oleh guru itu. Jaman ini banyak sekali anak-anak
sekolah yang sudah membawa laptop,hp,dan barang elektronik lainnya. Tak
tanggung-tanggung,semuanya harganya mahal.
Lagi asyik-asyiknya
main,temenku nimbrung.
“aku
pinjem eh,sak balapan.” Kata temanku
“sek,habis
ini selesai yo.”
“oke.”
Setelah
balapan di game itu selesai,temanku mengambil alih kendali atas laptop itu dan
aku melihat dia main. Lama-lama aku bosan sendiri. Kulihat di pojok kelas Dara
asyik sekali dengan laptopnya. Ku hampiri dia. Ku lihat dia sdang online
facebook. Setelah ku amati ternyata dia menjual barang via online.
“kamu
jualan apa e Dar?” tanyaku ingin tahu
“jualan
produk korea. hahahaha”
“wah,ide
bagus. Terus gimana cara kamu dapet barangnya?” tanyaku penuh selidik
“nah,nanti
kita tu dikasih gamnbar sama perusahaan yang ada di korea,trus nanti kita
pasang di toko online kita.”
“terus
nanti gimana cara belinya?”
“nah,nanti
kita kumpulin orang yang mau beli,periodenya 1-2 bulan sekali. Sehari sebelum
di kirim ke sana ntar kita cek. Ntar nunngu 1-2 minggu,barang nyampe
alamatku,ntar kita kirim ke alamat orang yang beli.”
“pembayarannya
lewat apa?”
“kalo
kita lewat paypal.”
“oalah.
Menarik! Pinter dagang ya kamu han. hahahaha”
“iya
dong.”
“nek
aku beli di kasih potongan harga nggak? hahaha”
“yo
mbuh yo.”
“pelit
je kamu dar.”
“biarin,kapan
aku untungnya nek ngasih kamu potongan harga?”
“hahaha.
Sama temen juga.”
“emoh.”
“kamu
nggak capek po?”
“kagak.
Tau nggak, tadi malem aku tidur jam 2 lho. Cuma buat ngurusin online
shop-ku,makanya aku minggu ini sering telat. hahaha”
“gilak
kamu.” Kata ku terkejut.
“soalnya
nek nggak di urusi bisa repot. hahahaha”
“okelah.
Semangat yak. Hahahaha.”
“teeeeeeeeet....teeeeeeeeeeet....teeeeeeeeeeeet..”
Bel
sekolah berbunyi,aku ke mejaku,membereskan buku-bukuku dan keluar sekolah.
Keluar sekolah aku mampir ke warung
depan sekolah untuk nongkrong bersama teman-teman. Aku dan teman-temanku adalah
sekelompok siswa yang dipandang sebelah mata oleh guru,anak nakal yang sukanya
tawuran dan dianggap jelek. Tapi beginilah kami. Mungkin guru-guru menganggap
kami seperti itu,tapi kami bahagia atas apa yang kami lakukan,kami bebas. Bebas
untuk berbicara tentang apapun,bebas untuk melakukan apapun.
“praang!”
Terdengar
suara kaca pecah diikuti suara motor banyak sekali. Tiba-tiba ada adek kelas
lari kearah kami
“sekolah
di lempari batu!”
Seketika
itu juga kami mengambil motor dan mulai berangkat untuk mengejar rombongan
motor tadi. Setelah 1 kilometer kami akhirnya bertemu dengan gerombolan tadi
dan tauran pun tak terelakkan. Jalan ini serasa milik kami. Semua anak turun
dari motor dan saling tonjok. Hujan batu terjadi,pengendara motor tak ada yang
berani lewat. Tiba-tiba aku di pukul dari belakang. Ku hampiri
anak itu dan kupukul mukanya. Anak itu membalas pukul,perkelahian 1 lawan 1 pun
tak terelakkan lagi. Ku tendang kakinya,dia terjatuh ke aspal,ku naiki,kupukul
mukanya berkali-kali hingga dia minta ampun. Tapi tak kulepaskan dia.
“polisi!”
tiba-tiba ada salah satu anak yang berteriak.
Kami
pun lari,tak lupa ku ambil motorku dan memboncengkan temanku. Ku pacu motorku
secepat mungkin untuk menghindari polisi. Temanku yang jadi leader menyuruh kami
untuk berpencar,aku pun mencari jalan aman sambil membawa temanku-temanku.
Setelah
aman,aku dan teman-temanku masuk sekolah. Ku arahkan motorku ke parkiran.
“heh,coba
kamu telepon yang lain.” Temanku menyuruh adek kelas.
“iyo
mas.”
Setelah
tersambung,dia menjelaskan apa-apa yang harus di lakukan. Jaman sekarang
komunikasi mudah sekali. Setelah semua berkumpul kami mulai memikirkan apa yang
harus dilakukan. Setelah berembuk panjang lebar,kami memutuskan untuk main bola
sama-sama.
Kami
melakukan ini untuk menjaga sekolah,kami tidak terima sekolah kami di
injak-injak oleh sekolah lain. Saat sekolah di coret-coret,kami juga yang
membersihkannya,mengecet tembok,membeli cat dengan cara patungan. Kami bangga
melakukan ini,karena ini cara kami untuk menjaga sekolah,daripada orang-orang
yang hanya menyebut kami nakal,tak bisa di atur,dan lain sebagainya,tapi pada
saat ada gerombolan anak yang melempari sekolah dia justru masuk ke dalam
sekolah,tak berani keluar dan diam saja saat mukanya di ludahi.
Matahari
mulai tenggelam di arah barat,aku pamit untuk pulang. Ku ambil motorku dan
pulang.
Sesampainya
di rumah,muka marah ayahku menyambut.
“pulang
sore kenapa?” tanya ayahku dengan nada yang agak meninggi.
“maen.”
“MAEN!
MAEN! KAPAN KAMU BELAJAR?! MANA HASIL EVALUASI SEMESTER 2?!” tanya ayahku dengan nada yang tinggi.
“belum.”
Jawabku sekenanya.
“BELUM?!”
bentaknya sambil menendang meja yang ada di depannya,
“TADI
AYAH TELEPON GURUMU.KATANYA TIAP MINGGU UDAH DI KASIH!”
“apa?”
Kulangkahkan
kakiku kekamar. Di kamar aku ganti baju dan istirahat sebentar,tak ingin aku
ribut-ribut. Setelah beberapa menit,aku keluar kamar,membuka pembicaraan dengan
ayahku yang amarahnya mulai reda.
“ada
apa?” tanyaku.
“mana
hasil evaluasinya? Kamu tu di sekolahin mahal-mahal kok malah kayak gini? Mbok
di rubah kelakuanmu. Nek sekolah yo belajar! Nggak usah maen! ”
Aku terdiam.
“jujur,secara
ekonomi ayah nggak mampu untuk membiayai kuliah di swasta,nek nggak di UGM ya
di STAN. Nggak boleh kamu kuliah di luar kota! Pokonya kalau nggak di UGM ya
STAN”
“udah
prestasi jelek,kelakuan kayak sampah!”
“kenapa?
KENAPA?!” darahku mulai naik.
“ini
kehidupanku! Ayah nggak usah nyampuri kehidupanku! Biarlah aku jatuh di
jalanku,daripada harus jatuh di jalan pilihan ayah! Sakit rasanya nanti dan
susah buat bangun lagi!” kataku dengan nada meninggi.
“KAMU
KALAU DI BILANGIN KOK MALAH NGELAWAN?! MAU JADI APA KAMU?”
Tiba-tiba
ayah menendang lagi meja itu dan melempar gelas ke arah mukaku.aku tak bisa
menghindar. Serpihan kaca melukai wajahku. Aku berjalan ke kamar.
“biarlah
aku jadi seekor gagak yang dapat terbang tinggi di langit,daripada menjadi
seekor burung indah yang ada di balik sangkar memimpikan terbang tinggi!”
Ku
banting pintu kamarku. Ku kunci. Air mata mengalir membasahi pipiku. Ku duduk
di pojok kamarku,sendiri,bahkan ibuku tak menanyakan keadaanku. Aku
sendiri,memendam masalah ini sendiri. Ku tutup hari ini dengan luka di wajah
dan alunan lagu dari Hpku.
Hidup ada di tangan
kita,pilihlah jalan apa yang kita mau.
Bangun,bangun,dan
bangun saat kita jatuh,jatuh,dan jatuh di jalan yang kita pilih.
Biarlah orang mau
bicara,yang penting kita senang dengan jalan hidup kita.
Jadilah burung yang
bisa terbang bebas dan terbang tinggi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar