Rabu, 15 Agustus 2012

hari ini


Ini adalah sebuah cerita. Cerita  ala kadarnya. Cerita tentang kehidupan. Kehidupan yang mungkin orang lain tak mau memilihnya.
Kisah ini bermula pada hari ini.
Pagi ini aku bangun dengan perasaan yang sama dengan hari-hari lainnya,tak ada yang berbeda. Pukul 06.30 WIB aku pergi sekolah. Sampai di sekolah,aku baru ingat ada ulangan biologi. Ulangan biologi dilaksanakan pada jam ke 5-6. Aku pun membaca buku biologi yang untungnya ku bawa.
Pada saat ulangan,ada beberapa yang tak ku bisa,akhirnya aku membuka Hpku dan mencari jawaban soal itu di google. Akhirnya ku temukan,ku salin jawaban itu. Setelah selesai mengerjakan,aku pamit istirahat. Istirahat ku habiskan di kantin untuk mengisi perut yang lapar.
Tak terasa bel masuk berbunyi. Jam ini pelajaran pkn. Guru pkn-ku masuk kelas dan berbicara panjang lebar tak henti-hentinya menjelaskan tentang globalisasi. Akhirnya guru pkn-ku memberikan tugas kepada siswa untuk membuat tugas tentang globalisasi.
“anak-anak,saya ingin memberikan tugas tentang globalisasi. Kalian boleh membuat tugas itu dalam bentuk apapun. Bebas,terserah kalian,mau cerpen,novel,poster,maupun komik.”
“iya buk!” jawab kami dengan serentak.
“tapi kalian harus mengumpulkannya sbelum ujian praktek ya.” Tambah guru itu.
“iya buk!”
“baik,hari ini sekian dulu anak-anak.”
“terima kasih buk!”
Saat guru keluar,aku bergegas ke kursi guru,membuka laptop temanku dan melanjutkan permainan yang tadi terhenti oleh guru itu. Jaman ini banyak sekali anak-anak sekolah yang sudah membawa laptop,hp,dan barang elektronik lainnya. Tak tanggung-tanggung,semuanya harganya mahal.
Lagi asyik-asyiknya main,temenku nimbrung.
“aku pinjem eh,sak balapan.” Kata temanku
“sek,habis ini selesai yo.”
“oke.”
Setelah balapan di game itu selesai,temanku mengambil alih kendali atas laptop itu dan aku melihat dia main. Lama-lama aku bosan sendiri. Kulihat di pojok kelas Dara asyik sekali dengan laptopnya. Ku hampiri dia. Ku lihat dia sdang online facebook. Setelah ku amati ternyata dia menjual barang via online.
“kamu jualan apa e Dar?” tanyaku ingin tahu
“jualan produk korea. hahahaha”
“wah,ide bagus. Terus gimana cara kamu dapet barangnya?” tanyaku penuh selidik
“nah,nanti kita tu dikasih gamnbar sama perusahaan yang ada di korea,trus nanti kita pasang di toko online kita.”
“terus nanti gimana cara belinya?”
“nah,nanti kita kumpulin orang yang mau beli,periodenya 1-2 bulan sekali. Sehari sebelum di kirim ke sana ntar kita cek. Ntar nunngu 1-2 minggu,barang nyampe alamatku,ntar kita kirim ke alamat orang yang beli.”
“pembayarannya lewat apa?”
“kalo kita lewat paypal.”
“oalah. Menarik! Pinter dagang ya kamu han. hahahaha”
“iya dong.”
“nek aku beli di kasih potongan harga nggak? hahaha”
“yo mbuh yo.”
“pelit je kamu dar.”
“biarin,kapan aku untungnya nek ngasih kamu potongan harga?”
“hahaha. Sama temen juga.”
“emoh.”
“kamu nggak capek po?”
“kagak. Tau nggak, tadi malem aku tidur jam 2 lho. Cuma buat ngurusin online shop-ku,makanya aku minggu ini sering telat. hahaha”
“gilak kamu.” Kata ku terkejut.
“soalnya nek nggak di urusi bisa repot. hahahaha”
“okelah. Semangat yak. Hahahaha.”
“teeeeeeeeet....teeeeeeeeeeet....teeeeeeeeeeeet..”
Bel sekolah berbunyi,aku ke mejaku,membereskan buku-bukuku dan keluar sekolah. Keluar  sekolah aku mampir ke warung depan sekolah untuk nongkrong bersama teman-teman. Aku dan teman-temanku adalah sekelompok siswa yang dipandang sebelah mata oleh guru,anak nakal yang sukanya tawuran dan dianggap jelek. Tapi beginilah kami. Mungkin guru-guru menganggap kami seperti itu,tapi kami bahagia atas apa yang kami lakukan,kami bebas. Bebas untuk berbicara tentang apapun,bebas untuk melakukan apapun.
“praang!”
Terdengar suara kaca pecah diikuti suara motor banyak sekali. Tiba-tiba ada adek kelas lari kearah kami
“sekolah di lempari batu!”
Seketika itu juga kami mengambil motor dan mulai berangkat untuk mengejar rombongan motor tadi. Setelah 1 kilometer kami akhirnya bertemu dengan gerombolan tadi dan tauran pun tak terelakkan. Jalan ini serasa milik kami. Semua anak turun dari motor dan saling tonjok. Hujan batu terjadi,pengendara motor tak ada yang berani lewat. Tiba-tiba aku di pukul dari belakang.  Ku  hampiri anak itu dan kupukul mukanya. Anak itu membalas pukul,perkelahian 1 lawan 1 pun tak terelakkan lagi. Ku tendang kakinya,dia terjatuh ke aspal,ku naiki,kupukul mukanya berkali-kali hingga dia minta ampun. Tapi tak kulepaskan dia.
“polisi!” tiba-tiba ada salah satu anak yang berteriak.
Kami pun lari,tak lupa ku ambil motorku dan memboncengkan temanku. Ku pacu motorku secepat mungkin untuk menghindari polisi. Temanku yang jadi leader menyuruh kami untuk berpencar,aku pun mencari jalan aman sambil membawa temanku-temanku.
Setelah aman,aku dan teman-temanku masuk sekolah. Ku arahkan motorku ke parkiran.
“heh,coba kamu telepon yang lain.” Temanku menyuruh adek kelas.
“iyo mas.”
Setelah tersambung,dia menjelaskan apa-apa yang harus di lakukan. Jaman sekarang komunikasi mudah sekali. Setelah semua berkumpul kami mulai memikirkan apa yang harus dilakukan. Setelah berembuk panjang lebar,kami memutuskan untuk main bola sama-sama.
Kami melakukan ini untuk menjaga sekolah,kami tidak terima sekolah kami di injak-injak oleh sekolah lain. Saat sekolah di coret-coret,kami juga yang membersihkannya,mengecet tembok,membeli cat dengan cara patungan. Kami bangga melakukan ini,karena ini cara kami untuk menjaga sekolah,daripada orang-orang yang hanya menyebut kami nakal,tak bisa di atur,dan lain sebagainya,tapi pada saat ada gerombolan anak yang melempari sekolah dia justru masuk ke dalam sekolah,tak berani keluar dan diam saja saat mukanya di ludahi.
Matahari mulai tenggelam di arah barat,aku pamit untuk pulang. Ku ambil motorku dan pulang.
Sesampainya di rumah,muka marah ayahku menyambut.
“pulang sore kenapa?” tanya ayahku dengan nada yang agak meninggi.
“maen.”
“MAEN! MAEN! KAPAN KAMU BELAJAR?! MANA HASIL EVALUASI SEMESTER 2?!”  tanya ayahku dengan nada yang tinggi.
“belum.” Jawabku sekenanya.
“BELUM?!” bentaknya sambil menendang meja yang ada di depannya,
“TADI AYAH TELEPON GURUMU.KATANYA TIAP MINGGU UDAH DI KASIH!”
“apa?”
Kulangkahkan kakiku kekamar. Di kamar aku ganti baju dan istirahat sebentar,tak ingin aku ribut-ribut. Setelah beberapa menit,aku keluar kamar,membuka pembicaraan dengan ayahku yang amarahnya mulai reda.
“ada apa?” tanyaku.
“mana hasil evaluasinya? Kamu tu di sekolahin mahal-mahal kok malah kayak gini? Mbok di rubah kelakuanmu. Nek sekolah yo belajar! Nggak usah maen! ”
Aku terdiam.
“jujur,secara ekonomi ayah nggak mampu untuk membiayai kuliah di swasta,nek nggak di UGM ya di STAN. Nggak boleh kamu kuliah di luar kota! Pokonya kalau nggak di UGM ya STAN”
“udah prestasi jelek,kelakuan kayak sampah!”
“kenapa? KENAPA?!” darahku mulai naik.
“ini kehidupanku! Ayah nggak usah nyampuri kehidupanku! Biarlah aku jatuh di jalanku,daripada harus jatuh di jalan pilihan ayah! Sakit rasanya nanti dan susah buat bangun lagi!” kataku dengan nada meninggi.
“KAMU KALAU DI BILANGIN KOK MALAH NGELAWAN?! MAU JADI APA KAMU?”
Tiba-tiba ayah menendang lagi meja itu dan melempar gelas ke arah mukaku.aku tak bisa menghindar. Serpihan kaca melukai wajahku. Aku berjalan ke kamar.
“biarlah aku jadi seekor gagak yang dapat terbang tinggi di langit,daripada menjadi seekor burung indah yang ada di balik sangkar memimpikan terbang tinggi!”
Ku banting pintu kamarku. Ku kunci. Air mata mengalir membasahi pipiku. Ku duduk di pojok kamarku,sendiri,bahkan ibuku tak menanyakan keadaanku. Aku sendiri,memendam masalah ini sendiri. Ku tutup hari ini dengan luka di wajah dan alunan lagu dari Hpku.
Hidup ada di tangan kita,pilihlah jalan apa yang kita mau.
Bangun,bangun,dan bangun saat kita jatuh,jatuh,dan jatuh di jalan yang kita pilih.
Biarlah orang mau bicara,yang penting kita senang dengan jalan hidup kita.
Jadilah burung yang bisa terbang bebas dan terbang tinggi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar