Tanggal 18
agustus hari sabtu, malam itu aku bersemangat untuk mengikuti lomba takbiran di
kecamatanku, selama satu minggu aku menantikan malam ini,aku bersemangat sekali
setelah beberapa hari lalu,kami,pemuda masjid menyiapkan segala keperluan untuk
malam ini,segalanya kami persembahan untuk malam ini. Mulai dari mencari
dana,membuat maskot,menyiapkan adek-adek kecil. Keringat bercucuran dari badan
kami,namun kami tetap bahagia, walaupun dongkol karena di ceramahi para tetua
di desa kami karena perbedaan pandangan tentang takbiran.
Malam ini
akhirnya tiba juga,segala persiapan ulang dilakukan mulai dari mengecek
lampu,sound dan merapikan barisan. Pukul 7 lewat kami berangakat dengan
semangat dan tentu tidak lupa dengan lafadz takbiran,kami berjalan ke arah
selatan,ke timur menuju tempat start yang sudah di sepakati. Semua anak
berseri-beseri, begitu juga kami,persiapan kami hampir sempurna,sound yang
bagus,pakaian yang menandakan kami tidak melupakan budaya kami dan tentunya
maskot yang bergelimpangan cahaya menandakan kami siap menyambut hari esok,hari
kemanangan bagi kami semua dan hari yang suci.
Sesampainya di
tempat tujuan,kami berisatirahat sembari menunggu peserta lain datang,anak
kecil duduk di lapangan yang tak bertikar dan tak mempedulikannya,sedangakan
kami menyiapkan sekali lagi keperluan yang di butuhkan,kami mengecek lampion
yang di pegang anak kecil apakah itu bekerja atau tidak dan ku temukan ada
beberapa lampu yang tak bekerja dan temanku memperbaikinya. Lampion itu terbuat
dari botol air mineral yang kami iris sedemikaan rupa membentuk lampion. Untuk
lampunya sendiri, dua temanku yang ahli dalam masalah listrik merangakai lampu,kabel
baterai dan lain sebagainya samapi ada yang kena tenol dan mabuk tenol
hahahaha. Setelah semua siap sembari menunggu waktu giliran berangkat,aku
bercengkrama bersama teman-teman, melihat peserta lain. Akhirnya waktu
berngakat kami tiba,kami memulainya dengan takbiran dan bacaan basmalah
tentunya,kami berjalan memutari kecamatan,sembari takbiran,aku menyenmangati
adek-adek untuk takbiran,menjaga kekompakan,dan menjaga barisan agar selalu
rapi. Di belakang iring-iringan kami, ada beberapa orang tua yang menjaga
anak-anaknya.
Dua jam
berlalu,akhirnya kami sudah mengelilingi kecamatan, keringatku
bercucuran,capek,semuanya capek,tenggorokan adek-adek semua kering karena
terlalu bersemangat takbiran,namun semuanya terbayar nantinya. Para ibu-ibu
membagikan snack dan minuman kepada adek-adek sembari menanyakan keadaan mereka
“capek nggak?”, “ada yang sakit?”, dan banyak pertanyaan lagi. Di sela-sela
pengumuman,temanku membuat wawancara kepada remaja masjid
“gimana pendapatnya tentang
takbiran ini?”, “untuk ke depannya gimana?”,pertanyaan itu yang temanku
lontarkan.
Akhirnya waktu
pengumuman pun tiba,mulai dari juara harapan 7,semua deg-degan,panitia tidak
menyebut nama kami,lalu kami semua berteriak “horrreeeeeeeee, yesssssssss!”.
Juara harapan 6-hingga harapan 2 kami lewati. Ini saat-saat yang
menentukan,siapa juara harapan pertama,bila nama desa kami tidak disebut,maka
kami akan masuk 3 besar yang artinya nanti kami akan mendapat piala dan
mengalahkan desa “kawakan” yang selalu masuk 3 besar.
“dan juara harapan 1
adalah.....”,jreng jreng jreng,semua diam “dengan poin 228, adalah
desa...”,suasana makin mencekam “desa dawukan!”, nama desa kami
dipanggil,teman-temanku dan adek-adek kecewa,di lain sisi desa lain bersorak
kegirangan,mereka menabug drum mereka,memainkan melodi kemenangan yang di
dengar kami adalah melodi kekalahan.
“rapopo,iki usahane awak dewe,wes
bangga ki dadi harapan 1”, kata temanku menyemangati
“tapi, aku pengen pialane,awak
dewe ki wes apik”, timpalku dengan nada kesal
“gawe piala dewe wae”, temanku
yang lain ikut berbicara.
Akhirnya aku dan temanku maju
mengambil hadiah,aku masih kecewa,cemberut
“wes,jek eneng taun sesuk,awak
dewe persiapane mung seminggu,taun ngarep dimatengke meneh”, kata temanku.
Setelah
penerimaan hadiah,kami bersiap pulang,namun saat hendak pulang ada pesta
kembang api yang meriah dan bagus,dan aku tahu bahwa jarak poin desaku dengan
juara 3 hanya terpaut 4 poin, sedikit mengobati sedihku. Kami pulang dengan
gembira dan tertawa,hahahahahaha. Sesampainya di mesjid,kami membongkar
semuanya,ada yang mengambil lampion,aku turut mengambil 3 lampion untuk
kupasang di kamarku,menurunkan maskot,membongkar sound. Setelah selesai aku
pulang bersama 3 temanku,karena mereka mau menginap. Sesampainya
dirumahku,teman-temanku langsung maen pes hingga jam 3 pagi,sedangkan aku
melihat bola,jam 2 aku pamit tidur,agar esok hari fresh saat sholat id dan bersiap
pulang ke kampung halaman untuk berkumpul bersama keluarga dan sanak famili.
Itulah satu malam yang indah bagiku dan tak akan kulupakan,aku mendapatkan
kebahagian ramadhan.